MAKALAH
Saluran Transmisi
Dosen : Erfiana Wahyuningsih,ST
Matakuliah : Dasar Tenaga Elektrik
Kelas :
3IB04
Nama :
1.
Bagus
Prayogo (NPM.
11414998)
2.
Diana
Zulfah (NPM.
13414019)
3.
Hartanto (NPM.
14414824)
4.
Miftahurrizqi (NPM.
16414652)
5.
M.
Maskun Tamami (NPM.
1C414811)
6.
M.
Irfan Fauzi (NPM.
17414622)
7.
Petrick
Kalimanto Putro.P (NPM.
18414432)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Depok, Jawa Barat
2016
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL .............................................................................. i
DAFTAR
ISI .......................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
I.1 Latar
Belakang ..................................................................... 1
I.2
Tujuan Penulisan.................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
....................................................................... 2
II.1 Pengertian ............................................................................ 2
II.2 Proses Penghasilan Listrik sampai ke konsumen.............. .... 3
1. Pembangkit Listrik ...................................................... .... 3
2. Saluran Transmisi ........................................................ .... 3
3. Klasifikasi Saluran Transmisi ...................................... .... 5
4. Klasifikasi Saluran Transmisi menurut Tegangan ....... .... 12
5. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Dalam Operasi .......... .... 12
6. Saluran Transmisi AC atau DC ................................... .... 13
7. Tegangan Transmisi ..................................................... .... 14
8. Kapasitasitansi Saluran Transmisi ............................... .... 15
9. Sistem Distribusi ......................................................... .... 15
BAB
III PENUTUP ............................................................................... 16
III.1
Kesimpulan........................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Pada jaringan listrik di pembangkit,
energy listrik yang dihasilkan berasal dari perubahan energy kinetic dan energy
potensial dari unsur alam, seperti air, udara, gas, dan cahaya matahari. Dimana
unsur alam tersebut yang digunakan untuk menggerakan turbin hingga mengubah
energy mekanik yang terdapat pada unsur alam tersebut menjadi energy listrik.
Kemudian energy listrik tersebut disalurkan menuju pemukiman ataupun
perindustrian yang merupakan daerah daerah yang mempunyai struktur geografis,
jarak, temperature, dan banyaknya penggunaan energy tiap sector baik pemukiman
maupun industry tentu berbeda-beda. Sehingga agar tersalurkannya energy listrik
tersebut ke tiap sector baik pemukiman maupun industry dibentuklah sistem transmisi
dalam struktur, anatomi, dan konstruksi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
wilayah tujuan dari berbagai aspek. Dan dalam penyaluran energy tersebut
dibutuhkan kelompok-kelompok yang bekerja untuk membangun sistem jaringan
transmisi, memelihara serta mengelola sistem jaringan tersebut agar tidak
terjadi kerusakan, dan tetap terjaga dan berjalan dengan baik sehingga energy
listrik tetap tersalurkan kepada konsumen-konsumen listrik.
I.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui Penghasi
listrik dari pembangkit listrik.
2.
Mengetahui Sistem
saluran transmisi dari pembangkit hingga ke sistem distribusi listrik.
3.
Mengetahui Sistem
distribusi mengaliri listrik hingga ke konsumen listrik.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Pemakai
listrik dalam hal ini adalah konsumen atau pelanggan tersebar di beberapa
tempat, sehingga butuh penanganan khusus agar listrik yang di bangkitkan dari
Pusat Listrik (Pembangkit listrik) dapat sampai ke pelanggan dengan kualitas
baik. Konsumen dalam hal ini terbagi atas beberapa yaitu : konsumen Sosial,
Rumah Tangga, bisnis, industri dan penerangan jalan umum (PJU). Sedangkan pusat
listrik terdiri dari PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air), PLTM (Pusat Listrik
Tenaga Minihidro), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pusat Listrik
Tenaga Gas), PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap), PLTU (Pusat Listrik Tenaga
Uap), PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTN (Pusat Listrik Tenaga
Nuklir) , PLTB (Pusat Listrik Tenaga Bayu), PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya)
dan Pusat Listrik Tenaga Gelombang Laut.
Tenaga
listrik awalnya dibangkitkan dari pusat-pusat listrik yang pada umumnya
terletak jauh dari pusat bebannya, yang kemudian tenaga listrik yang dihasilkan
dari pusat lisrik, tegangannya dinaikkan oleh Trafo Step Up yang ada di setiap
pusat listrik dan/atau gardu induk untuk menaikkan tegangan menjadi
tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV karena
tegangan generator yang dihasilkan setiap pusat listrik relatif rendah (6 kV –
24 kV). Setelah tegangan dinaikkan maka kemudian disalurkan melalui transmisi
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) menuju Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya kembali
menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6kV,
12kV atau 20 kV. Namun di Indonesia umumnya di turunkan ke tegangan 20 kV.
II.2 Proses penghasilan listrik hingga sampai ke konsumen
1.
Pembangkit listrik
Pembangkit Listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai
untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
seperti:air, angin,uap,panas dll.pada sisi
pembangkirt terdapat sistem mekanis elektrik yang dapat merubah energi mekanik
menjadi energi listrik pada output pembangkit lisrik di tingkarkan atau
dinaikkan berkali kali lipat, sebelum dikirimkan ke gardu gardu induk menaikkan
tegangan listrik tersebut menggunakan trafo step up. tujuannya adalah agar
tidak terjadi loss tegangan saat di transformasikan.
Contoh pembangkit listrik adalah:
·
PLTU(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA UAP),
·
PLTA(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA AIR),
·
PLTGU(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP),
·
PLTP(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA PANAS BUMI),
·
PLTD(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA DIESEL),
·
PLTS(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA SURYA),
·
PLTO(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA OMBAK),
·
PLTG(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA GAS),
·
PLTSa(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA SAMPAH),
·
PLTN(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA NUKLIR)
·
PLTPS(PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA PASANG SURUT)
2.
SALURAN TRANSMISI
Saluran Transmisi Merupakan proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga hingga saluran
distribusi listrik sehingga dapat disalurkan ke konsumer pengguna listik.
transmisi mempunyai arti mengirim. Energi listrik dari output trafo step up
.sudah dinaikkan berkali lipat. mengirim listrik dengan jarak ratusan kilo
meter antar kota , antar provinsi menggunakan instalasi kabel baja dan menara
listrik
Pada umumnya saluran
transmisi dalam penggunaannya dapat dibagi dua ;
a.
Saluran
udara (overhead lines)
saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang
transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara adalah lebih murah, mudah
dalam perawatan, mudah dalam mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan,
dan lainnya. Namun juga memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang
terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata lain
mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung singkat, gangguan tegangan
lebih karena tersambar petir, dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi
estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang
ideal untuk suatu saluran transmisi didalam kota.
klasifikasi teganga transmisi listrik dengan saluran
udara dibagi menjadi 4, yaitu :
1.
Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
dengan orde tangangan 200kV-500kV
2.
Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan orde tangangan 30kV-150kV
3.
Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan orde tangangan 6kV-30kV
4.
Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan orde tangangan 40V-1000V
b.
Saluran
kabel tanah (underground cable)
saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik
melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi seperti
ini adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam
tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi
gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik kekurangan.
Seperti : mahalnya biaya investasi dan sulitnya menentukan titik gangguan dan
perbaikannya
klasifikasi tegangan transmisi listrik dengan saluran
kabel dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Saluran
Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) dengan orde tangangan 30kV-150kV
2.
Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM) dengan orde tangangan 6kV-20kV
3.
Saluran
Kabel Tegangan Rendah (SKTR) dengan orde tangangan 40V-1000V
3.
Klasifikasi Saluran Transmisi
A.
Model Saluran
Transmisi
Representasi
saluran transmisi dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan-perhitungan
parameter-parameter yang terdapat dalam saluran transmisi. Untuk
merepresentasikan saluran transmisi ke dalam rangkaian ekivalennya, tergantung
dari panjang saluran transmisi tersebut.Dilihat dari segi panjangnya, saluran
transmisi terbagi menjadi 3 (tiga),
yaitu :
a.
Saluran transmisi
pendek
Saluran
transmisi pendek adalah suatu saluran transmisi yang mempunyai panjang kurang
atau sama dengan 80 km. Admitansi paralel yang merupakan kapasitansi murni yang
nilainya sangat kecil sehingga dapat diabaikan dalam perhitungan. Dengan
demikian rangkaian ekivalen pada saluran jenis ini berupa impedansi saluran
sederhana yang terlihat pada gambar di bawah ini
|
|||
Dari gambar di atas, IS dan IR merupakan arus pada ujung pengirim dan ujung
penerima, Z adalah impedansi total saluran per fasa dalam Ohm, XL (jωL) adalah induktansi induktif total untuk satu penghantar dalam
Ohm per unit panjang.
Pada rangkaian ini, cabang paralel
tidak (shunt) ada maka besarnya arus pada ujung pengirim sama dengan arus
penerima
Sedangkan tegangan pada
ujung pengirim
Dan tegangan pada ujung
penerima adalah sebesar
Secara matriks
parameter-parameter pada persamaan saluran transmisi pendek dapat dinyatakan
A = 1, B = Z
C = 0, D = 1
A = D
AD – BC = 1
Sehingga
jika mengetahui nilai parameter disalah satu ujung, maka nilai diujung yang
lain juga akan dapat diketahui.
b.
Saluran transmisi
menengah
Yang
dimaksud dengan saluran transmisi menengah adalah saluran transmisi yang
memiliki panjang saluran antara 80 km sampai dengan 250 km. Nilai kapasitansi
pada saluran menengah relatif cukup besar, sehingga tidak dapat diabaikan dalam
perhitungan.
Nilai
A dan B dapat dicari jika IR =
0 (open circuit)
Untuk nilai B dan D
dapat dicari jika VR =
0 (short circuit)
Rangkaian
ekivalen pada saluran transmisi menengah dapat dalam T-nominal atau dalam
bentuk Π-nominal. Rangkaian ekivalen yang menggambarkan admitansi paralel yang
terpusat di tengah-tengah saluran dinamakan Rangkaian Ekivalen T-nominal
|
|||||||
..................... (1)
..................................(2)
..........................(3)
....................(4)
Pada peramaan ke-3
Dari
persamaan nomor 1
|
Sedangkan apabila keseluruhan admitansi
paralel (shunt) saluran dibagi dua sama besar dan masing-masing ditempatkan
pada ujung pengirim dan ujung penerima, maka rangkaian yang terbentuk dinamakan
Rangkaian Ekivalen Π-Nominal (Pi-Nominal).
|
|||||
|
|||||
Hubungan
antara tegangan dan arus dapat dilihat :
Maka,
Sedangkan
nilai arus IS adalah
sebesar
Dimana
:
: arus pada ujung pengirim
: arus pada ujung penerima
:
tegangan pada ujung pengirim
:
tegangan pada ujung penerima atau ujung beban
Z
: impedansi seri total saluran
: admitansi paralel pada ujung saluran
c.
Saluran transmisi
panjang
Yang
merupakan golongan saluran transmisi panjang adalah saluran transmisi yang
memiliki panjang lebih dari 250 km. Rangkaian T-Nominal dan Pi-Nominal tidak
dapat merepresentasikan saluran transmisi panjang dengan tepat, karena
rangkaian tersebut tidak memperhitungkan kenyataan bahwa besaran saluran
tersebut tersebar merata. Perbedaan kedua rangkaian ekivalen tersebut dengan
saluran transmisi yang sebenarnya menjadi sangat besar. Tetapi masih mungkin
untuk mendapatkan rangkaian ekivalen dari saluran transmisi panjang dengan
merepresentasikannya secara tepat dengan jaringan parameter terpusat, asal
pengkuran-pengukuran hasilnya dilakukan pada ujung-ujung saluran. Rangkaian
ekivalen Π untuk saluran transmisi panjang dapat dilihat di bawah ini
Persamaan hiperbolis untuk rangkaian
saluran transmisi panjang adalah
(a)
(b)
Dengan :
Dimana :
= Konstanta rambatan (Propagation Constant)
= Impedansi karakteristik
Seperti pada persamaan yang berlaku untuk
rangkain Pi-Nominal, maka untuk rangkaian ekivalen Π berlaku
(c)
Dimana
= impedansi seri saluran transmisi panjang
= admitansi paralel saluran transmisi panjang
Dengan membandingkan persamman (c) dengan
persamaan (a) dan (b), maka diperoleh
(d)
(e)
Dan
(f)
Dengan memastikan nilai pada persamaan (e) ke persamaan (f), maka
diperoleh:
(g.1)
(g.2)
(g.3)
4. Klasifikasi
Saluran Transmisi Menurut Tegangan Kerja
Di
Indonesia,standar tegangan transmisi adalah : 66, 150, 380, dan 500KV, dan
klasifikasi menurut tegangan ini masih belum nyata. Tetapi di negara-negara
yang telah maju, terutama dalam bidang transmisi, seperti: USA, Rusia, Kanada,
dimana tegangan transmisi telah mencapai harga 1000KV, maka di sana klasifikasi
berdasarkan tegangan adalah:
a.
Tegangan Tinggi: sampai 138 KV
b.
Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage,
EHV) antara 220-785 KV
c.
Tegangan Extra Tinggi (Ultra High
Voltage, UHV) di atas tegangan 765 KV.
5. Klasifikasi Berdasarkan
Fungsinya Dalam Operasi
Berdasarkan Fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diberi nama:
Berdasarkan Fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diberi nama:
a.
transmisi : yang
menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, atau antara
dua atau lebih sistem. Yang terakhir ini disebut juga sebagai saluran
interkoneksi atau "tie-line"
b.
sub-transmisi:
sub-transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan dari saluran yang tinggi
ke saluran yang lebih rendah
c.
distribusi : Di
Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah 20 KV.
6. Saluran
Transmisi AC atau DC
Menurut
jenis arusnya dikenal sisitem arus bolak-balik yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu.
Di dalam system AC, penaikan dan penurunan tegangannya sangat mudah dilakukan
dengan bantuan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi
di dunia sebahagian besar adalah saluran AC. Di dalam system AC ada sistem fasa
tunggal dan sistem fasa tiga. Sistem tiga phasa memiliki keuntungan lainnya,
antara lain:
·
Daya yang disalurkan
lebih besar,
·
Nilai sesaat
(instantaneous value) konstan,
·
Mempunyai medan magnet
putar.
Berhubungan
dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini saluran transmisi di dunia
sebagian besar menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi DC baru
dapat dianggap ekonomis jika jarak saluran udaranya antara 400 km sampai 600
km, atau untuk saluran bawah tanah dengan panjang 50 km. Hal itu disebabkan
karena biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter &
inverter) masih sangat mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan
tetap menjadi primadona dari saluran transmisi.
7.
Tegangan
Transmisi
Apabila tegangan
transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh karena rugi-rugi
transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun, penaikan tegan
transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga biaya gardu induk.
Oleh karena itu
pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya yang
disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya
peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang ada
dan yang akan di rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi
standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian
dari perancangan system tenaga listrik secara keseluruhan.
Tingkat tegangan
yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran transmisi
yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi
daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan
mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan
demikian biaya peralatan juga akan tinggi.
Meskipun tidak jelas
menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, pemerintah
telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:
·
Tegangan
Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500,
·
Tegangan
tertinggi untuk perlengkapan (kV): (36) – 72,5 – 170 – 245 – 420 - 525.
Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk
daerah yang tegangan distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan
deret tegangan diatas, disesuaikan dengan rekomendasi dari International
Electrotechnical Commission (IEC).
8. KAPASITANSI
SALURAN TRANSMISI
Kapasitansi saluran transmisi adalah
akibat selisih potensial antara penghantar, kapasitansi menyebabkan penghantar
penghantar itu bermuatan seperti yang terjadi dengan plat plat kapasitor bila
ada selisih potensial diantaranya. Kapasitansi antar penghantar penghantar
adalah muatan per unit selisih potensial. Kapasitansi antara penghantar sejajar
adalah suatu konstanta yang tergantung pada ukuran dan jarak pemisah antara
penghantar. Untuk saluran daya yang panjangnya kurang dari 80 km ( 50 mile),
pengaruh kapasitansi ini kecil dan biasanya dapat diabaikan.
Suatu tegangan bolak balik yang
terpasang pada saluran transmisi akan menyebabkan muatan pada penghantar
penghantarnya disetiap titik bertambah atau berkurang sesui dengan kenaikan dan
penurunan nilai saat tegangan antara penghantar penghantar pada titik tersebut.
Aliran muatan adalah arus, dan arus yang disebabkan oleh pengisian dan pengosongan
bolak balik ( alternate charging dan discharging ) suatu saluran karena
tegangan bolak balik disebut arus pengisian saluran. Arus pengisian mengalir
dalam saluran transmisi meskipun saluran itu dalam keadaan terbuka. Hal ini
mempengaruhi jatuh tegangan sepanjang saluran , efesiansi, factor daya saluran
dan kestabilan sistem dimana saluran tersebut merupakan salah satu bagiannya.
9.
SISTEM DISTRIBUSI
merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, instalasi distribusi
meliputi gardu induk didalam GI (gardu induk) terdapat trafo step down yg
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik sehingga akan digunakan oleh
konsumen. Setelah dari trafo step down GI. Energi listrik disalurkan
menggunakan instalasi tegangan menengah , meliputi tiang beton, trafo TM, panel
pembagi dengan penghantar kabel baja orde tegangan TM (tegangan menengah)
adalah 20 KV – 150 KV tegangan tsb masuk pada sisi primer dan keluar (output)
pada sisi sekunder dg tegangan 220V – 380V
BAB
III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
1. Untuk memproduksi listrik dibutuhkan
Pembangkit Listrik dari berbagai sumber tenaga.
2. Untuk menyalurkan ke konsumer
pengguna listik dibutuhkan Saluran Transmisi
sebagai penyalur tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga hingga saluran
distribusi listrik.
3. Untuk menyalurkan tenaga listrik
dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen,
membutuhkan Sistem distribusi.
DAFTAR
PUSTAKA
A.S. Pabla, Sistem
Distribusi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi
Tenaga Listrik, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, 2000
Iman Sugandi Cs, Panduan Instalasi
Listrik, Gagasan Usaha Penunjang
Tenaga Listrik - Copper
Development Centre South East Asia, 2001.
Comments
Post a Comment