TUGAS
PENGANTAR LINGKUNGAN
NAMA : - DIANA ZULFAH (13414019)
- ANUGERAH MUHAMMAD
- HARTANTO
KELAS : 2IB04
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah -Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan materi “Kemiskinan dan
Keterbelakangan” kami lebih kerucutkan masalah dari materi ini yaitu
“Kemiskinan dan Keterbelakangan di Indonesia”,
yang merupakan media penunjang untuk mata kuliah
Pengantar Lingkungan.
Selama penulisan
makalah ini, kami tidak lepas dari
berbagai hambatan. Alhamdulillah berkat bimbingan, pengarahan, masukan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami
dapat menyelesaikannya.
Dalam kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah kami menyampaikan terima
kasih yang setulusnya kepada :
1.
Tuhan Yang Maha
Esa atas segala kemudahan yang telah diberikan kepada kami hingga saya dapat
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya.
2.
Bapak Edi Minaji
Pribadi, Selaku Dosen mata kuliah Pengantar Lingkungan Universitas Gunadarma, atas
segala ilmu yang telah diberikan pada kami.
3.
Staf Perpustakaan Universitas Gunadarma, atas kerjasamanya telah membantu saya dalam mencari
referensi buku yang kami butuhkan dalam pembuatan makalah ini..
4.
Kedua orang tua kami, yang telah mendidik
dengan penuh kesabaran, ketulusan dan kasih sayang.
5.
Rekan-rekan kelas 2ib04, serta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memotivasi dan
memberikan inspirasinya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan perbaikan yang bersifat membangun. Dengan segala kerendahan hati kami
berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Depok, 19 November 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu banyak kita lihat
pengemis, pengamen, pemulung, dan lain lain di sekitar lingkungan kita sehari-hari,
baik pada saat kita bepergian, maupun di lingkungan tempat tinggal kita. Itu
adalah salah satu dari kemiskinan. Sampai saat ini, belum juga ditemukan cara
penanggulangan kemiskinan itu sendiri, dan Pemerintah masih belum juga maksimal
dalam menangani masalah ini. Namun itu bukan hanya salah Pemerintah saja tetapi
kita juga harus dapat berkontribusi dan andil dalam mengatasi kemiskinan
tersebut, karena untuk mengubah kemiskinan harus dibutuhkan mental yang baik.
Kemiskinan memang dapat
mengganggu kesejahteraan masyarakat, dan itu sangat tampak dari adanya rumah
kumuh di pinggiran sungai, timbulnya berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit busung lapar maupun gizi buruk. Mungkin kemiskinan terjadi karena
tidak dapat membiayai kehidupan secara langsung. Dan itulah yang terjadi saat
ini, bahwa kemiskinan sekarang ada dimana-mana. Jika pemerintah tidak mengatasi
masalah kemiskinan secepat mungkin, kemiskina akan terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Kemiskinan tidak hanya berdampak bagi rakyat miskin tetapi
juga bagi warga sekitarnya, karena kemiskinan juga dapat meningkatkan tindakan
kriminalitas.
Dengan tingginya angka
kemiskinan di Indonesia, maka hal ini menjadi masalah tersendiri bagi negara
ini dan sampai saat ini masih belum ada solusinya. Dan kemiskinan mempunyai
hubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu kemiskinan harus
bersama-sama kita tanggulangi agar angka kemiskinan tidak terus meningkat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah faktor penyebab tingginya angka kemiskinan di
Indonesia?
2.
Apa sajakah dampak dari tingginya angka kemiskinan di
Indonesia?
3.
Bagaimana cara mengatasi tingginya angka kemiskinan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk
Masyarakat
Setelah
membaca makalah ini diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Kemiskian di Indonesia agar
masyarakat dapat lebih menghargai uang.
2. Untuk
Mahasiswa
-
Mahasiswa dapat Mengidentifikasi faktor
penyebab tingginya angka kemiskinan di Indonesia
-
Mahasiswa dapat Mendiskripsikan dampak yang
timbul dari tingginya angka kemiskinan di Indonesia
-
Mahasiswa dapat Mengidentifikasi cara mengatasi
tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
3. Untuk Penyusun Makalah
-
Penyusun makalah
dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Lingkungan yang telah diberikan oleh
Dosen yang bersangkutan.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemiskinan
1.
Definisi Kemiskinan Dilihat dari Pendapat Para Ahli
Kemiskinan
merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya
kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan
pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan
pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
a.
Menurut Drewnowski
Menggunakan
indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat kehidupan (the level
of living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk menentukan
tingkat kehidupan seseorang :
1)
Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/
nutrisi,perlindungan/ perumahan (shelter/ housing) dan kesehatan.
2)
Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi
pendidikan,penggunaan waktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social
security).
3)
High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi
takarannya.
b.
Menurut Oscar Lewis (1983)
Orang-orang
miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya Kemiskinan sendiri yang mencakup
karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi.Kaum liberal memandang bahwa
manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh
lingkungan.Budaya kemiskinan hanyalah semacamrealistic and situational
adaptation pada linkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang
sempit.Kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan peranan
struktur ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwa manusia adalah
makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif.
c.
Menurut Amartya Sen
Seseorang
dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation"
dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive.
d.
Menurut Soerjono Soekanto
Kemiskinan
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memlihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
e.
Menurut Sajugyo
Kemiskinan
merupakan kondisi dimana seseorang hidup di bawah standar minimum yang telah
ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat seseorang cukup
untuk bekerja dan hidup sehat berdasarkan kebutuhan beras dan gizi
f.
Menurut Nugroho & Dahuri
Kemiskinan
merupakan kondisi absolut dan relative yang menyebabkan seseorang atau kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi
kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di
dalam masyarakat karena penyebab natural, kultural, dan struktural.
2.
Karakteristik Kemiskinan
a.
Menurut Biro Pusat Stastistik (BPS)
Biro
Pusat Statistik (BPS)menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data
konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan
terpilih terdiri dari 52 macam, sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27
jenis untuk kota dan 26 jenis untuk desa. Garis kemiskinan yang telah
ditetapkan BPS dari tahun ketahun mengalami perubahan.
Menteri
sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang
diterapkannya adalah keluarga yang memilki penghasilan di bawah Rp 150.000
perbulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS tahun 2005
batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000
perbulan.
Dalam
penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT)
BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang
telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah
tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu :
1)
Hidup dalam rumah dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2 per orang.
2)
Hidup dalam rumah dengan lantai tanah atau lantai kayu berkualitas rendah/bambu.
3)
Hidup dalam rumah dengan dinding terbuat dari kayu berkualitas rendah/bambu/rumbia/tembok
tanpa diplester.
4)
Hidup dalam rumah yang tidak dilengkapi dengan WC/bersama sama dengan rumah tangga lain.
5)
Hidup dalam rumah tanpa listrik.
6)
Tidak mendapatkan fasilitas air bersih/sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7)
Menggunakan kayu bakar, arang atau minyak tanah untuk memasak.
8)
Mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali.
9)
Belanja satu set pakaian baru setahun sekali.
10) Makan hanya sekali atau dua
kali sehari.
11) Tidak mampu membayar biaya
kesehatan pada Puskesmas terdekat.
12) Pendapatan keluarga kurang dari
Rp. 600.000,- per bulan.
13) Pendidikan Kepala Keluarga
hanya setingkat Sekolah Dasar.
14) Tidak memilik tabungan/barang
yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000 (kendaraan, emas,ternak dll)
15) Mempekerjakan anak di bawah
umur.
16) Tidak mampu membiayai anak
untuk sekolah.
b.
Menurut Bank Dunia
Ada
dua jenis kemiskinan. Pertama, kemiskinan absolut,yaitu apabila seseorang atau
sekelompok masyarakat hidup di bawah nilai batas kemiskinan tertentu.
Kedua,kemiskinan relatif. Kemiskinan jenis ini hanya membandingkan posisi
kesejahteraan seseorang atau sekelompok masyarakat dengan masyarakat lain di
lingkungannya.
Bank
Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah
USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari.
Kriteria miskin disini patokannya ialah indeks kebutuhan minimum energi 2.100
kalori per kapita/hari (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki
dewasa). Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1)
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
2)
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
3)
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar;
4)
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
5)
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
c.
Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
Garis
kemiskinan dinyatakan dalam satuan pendapatan per kapita per bulan.Menurut
laporan PBB, terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu:
1)
kesehatan;
2)
makanan dan gizi;
3)
pendidikan;
4)
kondisi pekerjaan;
5)
situasi kesempatan kerja;
6)
konsumsi dan tabungan;
7)
pengangkutan;
8)
perumahan;
9)
sandang;
10) rekreasi dan hiburan;
11) jaminan sosial; serta
12) kebebasan
Kriteria
rumah tangga miskin yang ditetapkan BPS didasarkan pada besarnya rupiah yang
dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan dan nonpangan per
kapita per bulan.
d.
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
(BKKBN)
BKKBN
menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan. Keluarga dapat
dibagi dalam beberapa kategori: prasejahtera, sejahtera tahap I, sejahtera
tahap II, sejahtera tahap III, dan sejahtera tahap III plus. Atas
dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang
ditetapkan adalah sebagai berikut :
1) Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga
pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti
kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
2) Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga Sejahtera tahap I
adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal yaitu:
a) Melaksanakan ibadah menurut
agama oleh masing-masing anggota keluarga.
b) Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
c) Seluruh anggota keluarga
memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
d) Bagian yang terluas dari lantai
rumah bukan dari tanah.
e) Bila anak sakit atau pasangan
usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan.
3) Keluarga Sejahtera tahap II
Keluarga sejahtera tahap II
yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga
sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis f sampai n yaitu :
f) Anggota Keluarga melaksanakan
ibadah secara teratur.
g) Paling kurang, sekali seminggu
keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
h) Seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
i)
Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap
penghuni rumah.
j)
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat.
k) Paling kurang 1 (satu) orang
anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.
l)
Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca
tulisan latin.
m) Seluruh anak berusia 5 - 15
tahun bersekolah pada saat ini.
n) Bila anak hidup 2 atau lebih,
keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang
hamil)
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga sejahtera tahap III
yaitu keluarga yang memenuhi syarat a sampai n dan dapat pula memenuhi syarat o sampai u , syarat pengembangan keluarga yaitu:
o) Mempunyai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan agama.
p) Sebagian dari penghasilan
keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
q) Biasanya makan bersama paling
kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga.
r) Ikut serta dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
s) Mengadakan rekreasi bersama
diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
t) Dapat memperoleh berita dari
surat kabar/TV/majalah.
u) Anggota keluarga mampu
menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III
Plus
Keluarga yang dapat
memenuhi kriteria I a sampai u dan dapat pula memenuhi kriteria v dan w kriteria pengembangan keluarganya yaitu:
v) Secara teratur atau pada waktu
tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat
dalam bentuk materiil.
w) Kepala Keluarga atau anggota
keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
Miskin
menurut BKKBN adalah mereka yang termasuk dalam kategori prasejahtera dan
sejahtera I. Sajogyo (sosiolog IPB) tiga dekade lalu menggunakan pendekatan
pengeluaran setara beras sebagai penentu garis kemiskinan yang dibedakan antara
daerah perdesaan dengan daerah perkotaan.
Untuk
daerah perdesaan ditetapkan rumah tangga miskin jika pengeluarannya kurang dari
320 kg setara beras,miskin sekali jika pengeluaran kurang 240 kg setara beras,
dan paling miskin jika pengeluaran kurang dari 180 kg setara beras per kapita
per tahun. Untuk daerah perkotaan rumah tangga miskin, miskin sekali,dan paling
miskin berturutturut adalah pengeluaran rumah tangga sebesar 480, 360, dan 270
kg setara beras.
3. KARAKTERISTIK
MASYARAKAT MISKIN PEDESAAN
a. Karakteristik Umum Masyarakat
Miskin Pedesaan
Karakteristik
utama masyarakat miskin pedesaan itu adalah tingkat pendapatannya tidak menentu
dan jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi 8 kebutuhan dasar
sebagaimana dikemukakan oleh Radwan dan Alfthan (dalam Sumardi dan Evers,
1985), yang meliputi 1) makanan, 2) pakaian, 3) perumahan, 4) kesehatan, 5)
pendidikan, 6) air dan sanitasi, 7) transportasi, 8) partisipasi.
Ketidaktentuan
jumlah pendapatan tiap bulannya bahkan dalam jumlah yang sangat kecil
menjadikan seseorang atau keluarga miskin sangat kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
b. Karakteristik Kultural
1) Tidak adanya keterlibatan dalam
organisasi sosial politik.
Pada
umumnya keluarga miskin di pedesaan tidak ikut aktif dalam organisasi sosial
politik, seperti sebagai pengurus atau anggota perangkat desa ataupun partai
politik.
2)
Kebiasaan
mempunyai banyak anak dan dalam keluarga luas.
Keluarga miskin pedesaan
umumnya mempunyai banyak anak. Di samping itu, anggota keluarga mereka sangat
besar. Seringkali ditemukan adanya keluarga luas, artinya satu keluarga dihuni
oleh orangtua mereka, anak yang sudah berkeluarga, dan seorang kakek dan nenek.
3)
Keluarga
miskin pedesaan lahan kering pekerja keras.
Keadaan yang cukup bertolak
belakangdengan tori-teori yang sudah ada selama ini ( antara lain Lewis, 1959)
yaitu bahwasannya keluarga miskin cenderung malas bekerja.
4)
Anak
dan istri mengembangkan budaya merantau.
Keadaan menonjol anak-anak mereka yang laki-laki pergi merantau
terutama ke Jakarta ikut membantu orang untuk berjualan bakso. Sedangkan ibu
rumah tangga berjualan jamu. Mereka memanfaatkan jaringan di luar daerah,
seperti di Jakarta yang sudah ada sebelumnya.
5)
Keinginan
yang tinggi untuk memperbaiki rumah, jika ada uang.
Satu karakteristik yang sangat menonjol dari keluarga miskin yang
hidup di pedesaan Sanggang, yang belum dikaji oleh Lewis (1959), yaitu
menjadikan prioritas utama memperbaiki rumah, jika mendapatkan uang cukup
banyak. Skala priotitas ini barangkali akan berbeda jika dibandingkan dengan
masyarakat kaya, dimana masyarakat kaya jika mempunyai uang cukup banyak prioritas
utamanya adalah ditabung atau untuk investasi. Masyarakat kaya inilah kalu
dalam kajian Harorld dan Domar (dalam Kanto, 2006) dipandang sebagai cirri-ciri
masyarakat modern.
6)
Keadaan
rumah keluarga miskin di pedesaan sangat sederhana.
Keadaan
rumah keluarga miskin pedesaan umumnya sangat sederhana. Rumah berukuran 10 m
kali 10 m (100m2) dengan dinding terbuat dari bambu, dan isi perabut rumah yang
masih sangat sederhana.
c. Karakteristik Struktural
1)
Pada
umumnya jenis pekerjaan sebagai petani.
Jenis pekerjaan keluarga miskin pedesaan adalah rata-rata petani
atau buruh tani yang lebih menitikberatkan pada keseimbangan hidup dalam
bermasyarakat. Sebagai petani seringkali mengalami kerugian dari hasil panen
yang diperolehnya. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan, bibit dan
pemeliharaan tanaman seringkali tidak sepadan dengan hasil yang didapatkan
2)
Kebijakan
pendidikan dirasa sangat mahal.
Keluarga miskin pedesaan Sanggang merasa bahwa
pendidikan dirasa sangat mahal. Mahalnya dunia pendidikan ini sering kali
membuat anak-anak mereka harus keluar dari sekolah (terutama ketika sudah
memasuki sekolah menengah pertama).
3)
Tidak
adanya taman desa.
Di lingkungan tempat tinggal masyarakat miskin pedesaan jarang
ditemukan taman desa yang fungsinya sangat penting sebagai paru-paru desa.
Paru-paru desa sebagai penyedia oksigen yang sangat penting untuk kesehatan.
Disamping itu taman desa sangat bermanfaat untuk menikmati waktu luang ataupun
olah raga. Kebiasaan tidak adanya taman desa seperti ini hampir ditemukan di
seluruh desa-desa yang ada di Indonesia.
4)
Tidak
merasa dibayar murah oleh majikan.
Dari sisi kemiskina struktural, keluarga miskin pedesaan tidak
dapat melihat adanya terlalu murah bayaran upah yang mereka terima. Keluarga
miskin sudah sangat senang apabila ada pekerjaan yang mereka dapatkan dari
orang-orang kaya. Oleh karena itu mereka tidak setuju untuk menerima pernyataan
bahwa mereka menjadi miskin karena melakukan hubungan kerja dengan orang-orang
kaya. Ini bertentangan dengan teori konflik (Mosca, 1896, Dharendorf, 1959)
bahwa struktur kekuasaan merupakan sumber konflik, dan teori ketergantungan
(Andre Gunder Frank, 1968), bahwa orang, keluarga, atau negara menjadi miskin
karena mereka melakukan hubungan dengan orang atau negara kaya. Masyarakat miskin
pedesaan lebih menekankan pada keseimbangan (teori struktural fungsional, Moore
dan Davis, Robert K. Merton, 1945) untuk berlangsungnya sebuah system
kemasyarakatan.
5) Kaum perempuan terpinggirkan
dalam proses pembuatan keputusan politik.
Aspek
struktural yang lain, terlihat bahwa kaum perempuan masyarakat pedesaan
Sanggang masih sangat terpinggirkan dalam proses pembuatan keputusan baik di
tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Namun di sisi lain kaum perempuan
memeberikan sumbangan yang sangat besar dalam kehidupan keluarga miskin dalam
menangani ketidak-cukupan kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
d. Karakteristik Kemiskinan
Konjungtural Masyarakat Miskin Pedesaan.
Dari
sisi kemiskinan konjungtural, pada umumnya keluarga miskin pedesaan tidak
memiliki yang tinggi berkaitan dengan pekerjaan di sektor formal. Keluarga
miskin pedesaan ketika masih muda cenderung mencita-citakan jenis pekerjaan
informal, seperti tukan batu bata, pedagang bakso, dan juga berdagang mi ayam.
Jenis pekerjaan informal tersebut tidak memerlukan kualifikasi pendidikan
formal yang cukup tinggi. Berdasarkan temuan di masyarakat pedesaan bahwa
jenis-jenis pekerjaan informal di atas sangat rentan sekali. Artinya kalaupun
ada yang dibilang cukup berhasil jumlahnya relative sedikit dan biasanya tidak
tahan sampai di usia tua.
e. Karakteristik Kemiskinan
Natural Masyarakat Miskin Pedesaan.
Kemiskinan
natural yang dialami oleh masyarakat miskin pedesaan dapat dilihat dari
ketidakmampuan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan normal keluarga
miskin. Di samping itu faktor usia yang tua menjadikan keluarga miskin yang
bersangkutan tidak mampu bekerja.
4. Gambaran Kemiskinan
a. 10
Negara Paling Miskin di Dunia
Berdasarkan PDB per kapita tiap negara, berikut deretan 10
negara paling miskin di dunia:
1)
Kongo
Produk
Domestik Bruto (PDB) per kapita: US$ 400 atau setara Rp 4,5 juta
2)
Zimbabwe
PDB
per kapita: US$ 500 atau Rp 5,6 juta
3)
Burundi
PDB
per kapita: US$ 600 atau Rp 6,8 juta
4)
Somalia
PDB
per kapita: US$ 600 atau Rp 6,8 juta
5)
Liberia
PDB
per kapita: US$ 700 atau Rp 7,9 juta
6)
Eritrea
PDB
per kapita: US$ 800 atau Rp 9,06 juta
7)
Afrika
Tengah
PDB
per kapita: US$ 800 atau Rp 9,06 juta
8)
Nigeria
PDB
per kapita: US$ 900 atau Rp 10,2 juta
9)
Malawi
PDB
per kapita: US$ 900 atau Rp 10,2 juta
10) Sudan Selatan
PDB per kapita: US$ 900 atau Rp
10,2 juta
b. Provinsi
dengan Penduduk Miskin Terbanyak di Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,55 juta orang. Jumlah penduduk miskin tersebut tersebar
di seluruh provinsi di Indonesia. Mengutip
data BPS, jumlah penduduk miskin tersebut 10,63 juta berada di kota dan 17,91
juta berada di desa. Berikut
adalah daftar provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak.
1) Lampung
Salah satu Provinsi di Sumatera ini memiliki jumlah penduduk
miskin hingga 1,13 juta. Lampung menempati provinsi ke-5 dengan jumlah penduduk
miskin terbanyak. Tersebar di kota sebanyak 222 ribu dan 911 ribu di desa.
2) Sumatera Utara
Sumatera Utara berada di peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk
miskin terbanyak. Jumlahnya mencapai 1,39 juta yang tersebar di kota sebanyak
689 ribu orang dan 701 ribu di desa.
3) Jawa Barat
Jawa Barat menempati provinsi dengan jumlah penduduk miskin
terbanyak ke-3 di Indonesia. Jumlahnya mencapai 4,38 juta penduduk. Sebanyak
2,62 juta penduduk miskin berada di kota-kota di Jawa barat dan 1,75 juta
penduduk berada di desa.
4) Jawa Tengah
Jawa Tengah menempati posisi ke-2 dengan jumlah penduduk miskin
terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 4,70 juta. Penduduk
miskin ini tersebar 1,87 juta di perkotaan dan 2,83 juta di desa.
5) Jawa Timur
Jawa
Timur memiliki jumlah penduduk miskin yang terbanyak di Indonesia. Jumlah
penduduk miskinnya mencapai 4,86 juta. Penduduk miskin ini tersebar di kota
hingga 1,62 juta dan 3,24 juta di desa.
c.
Faktor Penyebab Tingginya Angka Kemiskinan di Indonesia
Jika disebutkan apa saja hal yang menyebabkan kemiskinan terjadi,
maka hal itu tidak akan ada habisnya. Kemiskinan disebabkan oleh banyak
faktor yang berasal dari mana saja. Baik dari dalam individu maupun faktor luar
yang ada di lingkungan.
1)
Karakteristik
individu
Kemiskinan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik seseorang. Karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang yang dapat menyebabkannya menjadi miskin umumnya
adalah malas dan kurang bersungguh-sungguh dalammelakukan
berbagai hal, termasuk bekerja dan belajar. Padahal
beberapa dari mereka gagal bukan karena tidak pernah memiliki
kesempatan, namun mereka justru yang tidak menjalankan kesempatan
itu dengansebaik-baiknya. Yang akhirnya hal itu membuat mereka gagal
dan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
2)
Keterbatasan
fisik
Tidak jarang juga seseorang
menjadi miskin karena memiliki cacat bawaan. Dengan
keterbatasannya itu, tentu ia tidak mampu bekerja dengan
baik dan optimal, apalagi untuk bersaing
dengan orang yang lebih sehat dan memiliki kesempatan yang
lebih banyak dalam melakukan berbagai hal yang dapat
menentukan kondisi ekonomi hidupnya.
3)
Keturunan
Kemiskinan juga
dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendahdapat membuat seseorang jatuh ke dalam
kemiskinan. Yang berakibat ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepada anak-anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan.
Demikianhal tersebut terjadi secara terus menerus dan turun temurun.
4)
Kultur,
kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan
Penyebab kemiskinan selanjutnya
adalah kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik
perilaku lingkungan. Contohnya seperti kebiasaan kaum perempuan yang
enggan untuk bekerja keras danyakin bahwa mengabdi kepada orang-orang
terhormat dengan tidak diberi bayaran sekalipun adalah hal yang sudah
semestinya dilakukan. Dan mereka justru tidak akan merasa
miskin karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan
memang kulturnya yang membuat demikian. Kemiskinan juga
dapat timbul akibat dari tidak seimbangnya perbedaan status yang
dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturan lain yangmenimbulkan
perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan
di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya terbatas.
5)
Kebijakan
Pemerintah
Kebijakan pemerintah pun dapat dikategorikan sebagai salah
satu penyebab terjadinya kemiskinan. Karena dalam suatu negara, peran
pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin,
maupun membuat masyarakat keluar dari kemiskinan. Kebijakan
yang kurang tepat dan ketidakberpihakan terhadap masyarakat miskin akan
menciptakan kemiskinan yang lebih banyak dan lebih dalam. Sebagai
contohnya adalah pembangunan yang timpang dan cenderung berpusat
di wilayah tertentu seperti kota-kota besar. Padahal masyarakat
di desa lebih cenderung menjadi miskin
dikarenakanKetidakberdayaan yang muncul karena kurangnya lapangan
kerja, rendahnya harga produk yang dihasilkanoleh mereka, dan tingginya
biaya pendidikan. Mereka juga merasakan keterkucilan dikarenakan rendahnya
tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi, serta ketiadaan
akses terhadap kredit yangmenyebabkan mereka terkucil dan menjadi miskin.
Banyak pula yang mengalami kemiskinan materi yangdiakibatkan karena kurangnya
modal, dan minimnya lahan pertanian yang
dimiliki sehingga menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah.
Karena sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,
mereka menjadi rentan dan miskin. Sikap yang menerima apa adanya dan kurang
termotivasi untuk bekerja keras membuat mereka menjadi semakin menjadi dan
tetap miskin. Namun kemiskinan juga dapat terjadi
di kota yang pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
sama dengan di desa, yang berbeda hanyalah penyebab dari
faktor-faktor tersebut, misalnya faktor ketidakberdayaan di kota cenderung
disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan tingginya biaya
hidup, pertumbuhan ekonomi lokal dan global yang rendah, pertumbuhan
penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak kondusif.
d.
Dampak Tingginya Angka Kemiskinan di Indonesia
1)
Dampak masalah kependudukan
Kemiskinan
akan menimbulkan dampak kependudukan, yaitu ketidakmerataan persebaran
penduduk, karena banyak orang yang datang ke kota-kota besar (urbanisasi) untuk
sekedar mengadu nasib. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan pembangunan
sarana prasarana dan kebutuhan umum. Kesenjangan pembangunan ditambah
dengan terbatasnya lapangan pekerjaan sedangkan angkatan kerja yang jumlahnya
meledak akan menimbulkan banyak pengangguran, baik pengangguran terselubung
mupun pengangguran terbuka.
2) Dampak masalah ekonomi
Indonesia
adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia
yang tinggi. Namun sangat disayangkan, kemiskinan menjadikan
Penduduk tidak memiliki kekuatan dalam mengembangkan
perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan lemahnya tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia terhadap berbagai produk. Permodalan dalam bidang
produksi juga masih kurang, sehingga perusahaan tidak dapat berkembang secara
optimal. Masalah transportasi yang sulit dijangkau karena kurangnya kemampuan
masyarakat untuk mengadakan sarana transportasi yang memadai dan dapat
dijangkau segala kalangan juga menghambat perekonomian Indonesia.. Hal ini
sangat disayangkan karenasebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar.
3) Dampak masalah lingkungan
Masalah
lingkungan terjadi saat masyarakat tidak mampu menyediakan lingkungan hidup
yang memadai bagi diri dan keluarganya. Lingkungan hidup yang tidak memadai
mengancam ketenteraman dan kesejahteraan karena terjadi ketidak seimbangan
manusia dengan lingkungan yang menjadi tempat hidupnya. Dampak masalah
lingkungan yang lain adalah keterbelakangan pembangunan,kebodohan, banjir,
pencemaran lingkungan, den tingkat kesehatan masyarakat yang rendah karena
lingkungan yang kurang mendukung akibat kemiskinan.
4) Dampak masalah pendidikan
Masalah
pendidikan di Indonesia juga terkait dengan kemiskinan. Banyak anak-anak yang
tidak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena dibelenggu
kemiskinan, tak jarang anak-anak Indonesia bahkan tidak pernah merasakan bangku
pendidikan. Pemerintah memang membebaskan biaya SPP pada pendidikan tingkat
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, namun tidak pada biaya buku,
seragam, dan biaya transportasi ataupun bantuan biaya hidup selama bersekolah.
Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan kepribadian, kemajuan ilmu,
teknologi, dan kemajuan kehidupan sosial pada umumnya. Dampak kemiskinan
terhadap masalah pendidikan sangat merugikan karena telah menghilangkan
pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
5) Dampak masalah sosial
Kemiskinan
menimbulkan berbagai dampak sosial yang cukup meresahkan. Beberapa diantaranya
adalah meningkatnya kriminalitas, kasus bunuh diri, kasus pembunuhan, dan
konflik sosial. Orang yang miskin dan membutuhkan penyelesaian atas masalahnya
akan menghalalkan segala cara agar diri dan keluarganya dapat bertahan hidup,
termasuk dengan mencuri,merampok, bahkan sampai membunuh orang lain. Jika ia
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan putus asa karena belenggu
kemiskinan, dan hutang pada orang lain dan tidak mampu untuk mengembalikannya,
tidak menutup kemungkinan untuk mengalami depresi dan bunuh diri. Kemiskinan
juga menimbulkan arus urbanisasi yang sangat deras. Orang-orang miskin pergi ke
kota besar untuk mengadu nasib dengan kemampuan yang sangat terbatas, dan
akhirnya kalah bersaing dengan orang lain. Hal ini akan memperparah tingkat
pengangguran. Dan yang terakhir, timbulnya konflik sosial disebabkan oleh
orang-orang yang merasa tidak puas dan kecewa atas kemiskinan yang kini meluas
di desa maupun kota di Indonesia.
e. Solusi Mengatasi Tingginya
Angka Kemiskinan di Indonesi
Kemiskinan
merupakan masalah yang kompleks di negara Indonesia, untuk itu ada beberapa
solusi untuk mengatasi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, diantaranya:
1)
Menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan
Hal
ini dilakukan untuk meminimalisir tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Seperti kita ketahui, masalah pengangguran merupakan salah satu aspek penyebab
makin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Pemerintah seyogyanya
menjalin hubungan dengan sektor swasta untuk menangani hal ini, supaya lapangan
pekerjaan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga angka pengangguran
di Indonesia menurun.
2) Meningkatkan akses masyarakat
miskin terhadap pelayanan dasar
Pelayanan
dasar ini meliputi pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Pendidikan
merupakan salah satu aspek penting supaya seseorang dapat meningkatkan
derajat hidupnya. Pemberian bantuan keringanan biaya pendidikan dapat
mengurangi tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Seperti misalnya pengadaan
BOS (Biaya Operasional Sekolah), pemberian beasiswa bagi siswa miskin dan
berprestasi, serta program wajib belajar 9 atau 12 tahun, dimana anak-anak pada
rentang usia wajib belajar itu harus mendapatkan pendidikan yang layak tanpa
memandang latar belakang ekonomi keluarganya.
Dalam
bidang kesehatan, solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan
yaitu dengan pemberian bantuan seperti Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat), Askeskin, dan lain sebagainya yang dapat meringankan biaya
pengobatan masyarakat miskin. Dalam hal ini peran badan atau lembaga-lembaga
kesehatan seperti rumah sakit juga sangat dibutuhkan. Pada hakikatnya tugas dan
kewajiban mereka adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
bukan hanya untuk mencari keuntungan semata. Oleh karena itu, pusat kesehatan
seperti rumah sakit harus memberi pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
dari berbagai lapisan, termasuk masyarakat miskin.
Dalam
bidang prasarana dasar, misalnya adalah rumah atau pemukiman. Banyaknya
pemukiman kumuh menunjukan tingginya angka kemiskinan. Pemberian pemukiman yang
layak dapat menjadi solusi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
3) Memberikan pelatihan wirausaha
bagi masyarakat
Hal
ini penting dilakukan supaya masyarakat dapat menciptakan lapangan pekerjaannya
sendiri. Selain itu, pemberian dana bantuan dari pemerintah pada pengusaha
kecil juga sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Dalam hal ini
dapat dilakukan dengan program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Apabila usaha
kecil itu berkembang, maka akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang
semakin luas dan menyerap tenaga kerja yang semakin banyak, hal itu tentu dapat
mengurangi angka kemiskinan.
4) Pemberian BLT (Bantuan Langsung
Tunai) pada masyarakat miskin
Upaya
ini juga harus lebih dikoreksi dan disempurnakan pelaksanannya supaya tepat
sasaran.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok
orang memiliki kondisi ekonomi dibawah garis minimum sehingga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini dicirikan dengan kondisi sandang,
pangan, dan papan yang kurang layak, tidak adanya kemampuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, termasuk kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan, serta
rendahnya pendapatan. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang
kompleks di dunia, khususnya di Indonesia sendiri. Ada banyak hal yang
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, baik penyebab internal
maupun eksternal.
Penyebab internal diantaranya adalah karakteristik seseorang yang
menyia-nyiakan kesempatan yang ada, kultur atau adat istiadat dan kebiasaan,
serta cacat bawaan dari lahir sehingga orang tersebut tidak dapat bekerja
dengan optimal. Faktor penyebab lain yaitu karena keturunan. Tingkat pendidikan
orang tua yang rendah juga berdampak pada rendahnya penghasilan, sehingga tidak
dapat memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Hal itu menyebabkan
sang anak juga tidak dapat memperbaiki hidup mereka.
Selain faktor internal, faktor eksternal juga menjadi penyebab
tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Faktor eksternal diantaranya adalah
kurangnya lapangan pekerjaan yang menyebabkan pengangguran semakin meningkat.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang kurang tepat dan ketidakberpihakan
pemerintah terhadap masyarakat miskin juga menyebabkan tingkat kemiskinan
semakin tinggi.
Tingkat kemiskinan yang semakin tinggi itu menyebabkan
dampak-dampak dalam masyarakat. Diantaranya yaitu dampak dalam bidang kependudukan,
lingkungan, ekonomi, pandidikan, dan sosial. Banyaknya dampak yang ditimbulkan
oleh kemiskinan tersebut sebaiknya harus ditangani secara serius dengan
beberapa solusi diantaranya yaitu dengan menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan, supaya tingkat pengangguran berkurang. Selain itu, solusi lain yang
dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
dasar. Pelayanan dasar ini mencakup pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Untuk mengurangi kemiskinan, dapat juga dilakukan pelatihan kewirausahaan
terhadap masyarakat, serta pemberian bantuan usaha. Dengan demikian, masyarakat
dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan mengurangi pengangguran.
Kemiskinan memang seyogyanya menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak
hanya pemerintah tetapi juga masyarakat. Apabila pemerintah dengan masyarakat
saling bahu membahu untuk mengatasi kemiskinan, tentunya hal itu dapat
mengurangi tingginya angka kemiskinan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Apriyani,
S. (2013). Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Kemiskinan. Diakses
pada
8 November 2014, diperoleh dari http://apriyanis.blogspot.com/2013
/04/upaya-pemerintah-untuk-mengatasi.html
Dickson.
(2014). 10 Negara Termiskin di Dunia. Diakses pada 10 November
2014,diperoleh
dari http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-termiskin-di-dunia-pdb-per-kapita/
Gema
Nias Barat. (2010). Kriteria Dan Batasan Orang Miskin di Indonesia.
Diakses
8 November 2014, diperoleh
dari https://gemaniasbarat.wordpress.com/2010/01/17/kriteria-dan-batasan-orang-miskin-di-indonesia/
Hidayat,
L. R. (2014). Faktor Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan. Diakses
pada
8 November 2014, diperoleh dari http://laelyrakhmawati.wordpress.
com/2014/04/21/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kemiskinan/
Maipita,
I. (2013). Penyebab dan Dampak Kemiskinan. Diakses pada 8 November
2014,
diperoleh dari http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=
article&id=305856:penyebab-dan-dampak-kemiskinan&catid=25:artikel&Itemid=44
Nugroho,
A.T. (2013). Penyebab Kemiskinan di Indonesia serta Dampak yang
Ditimbulkan.
Diakses 8 N0vember 2014, diperoleh dari http://alifa paadanya.blogspot.com/2013/04/penyebab-kemiskinan-di-indonesia-serta.html
Pratiwi,
S. (2012). Dampak Kemiskinan. Diakses pada 8 November 2014,
Purnomo,
Herdaru. (2014). Ini Provinsi dengan Jumlah Penduduk Miskin
Terbanyak. Diakses pada 11 November
2014, di peroleh dari http://finance.detik.com/read/2014/04
/04/113721/2545349/4/ini-provinsi-dengan-jumlah-penduduk-miskin-terbanyak
Setiawan,
D. (2010). Kemiskinan: Latar Belakang, Dampak dan Pemecahan.
Diakses
pada 8 November 2014, diperoleh dari http://dasesetiawan999
.blogspot.com/2010/10/kemiskinan-latar-belakang-dampak-dan.html
Zuber,
A. (2011). Kemiskinan Masyarakat Pedesaan: Studi Kasus di Desa
Comments
Post a Comment